Selamat Datang di MediaNagaNews.Com ➤ Konsisten - Menyuarakan - Berkomitmen ➤ Semua Wartawan MediaNagaNews.Com dilengkapi dengan ID Card Wartawan.

Berdirinya Bandara Silangit Tidak Terlepas Dari Perjuangan Masa Nikson, Satika-Sarlandy Cerminan Lanjutan Taput Hebat Berkelanjutan


MEDIANAGANEWS.COM, TAPUT - Bandara Silangit diketahui telah berstatus bandara Internasional yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 silam. Adapun potensi yang berada di wilayah Tapanuli Raya akan lebih mudah diakses, terkhusus akses Pariwisata Danau Toba. 


Adapun eksistensi Bandara Silangit saat ini merupakan buah dari keikhlasan bersama yang bergandengan tangan untuk menyumbangkan sesuatu bagi Indonesia.


Adanya kabar simpang siur tentang inisiator pengembangan bandara tersebut menjadi sorotan publik untuk penting dikupas secara tuntas. Berhembus kabar dari sebagian masyarakat mengatakan bahwa Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang paling berjasa, dan ada yang mengatakan karena Jokowi, bahkan ada pula yang mengatakan Eks Bupati Taput Nikson Nababan tidak punya andil sama sekali alias numpang tenar terkait dengan berdirinya Bandara Internasional Silangit.


Sementara secara gamblang telah diketahui bahwa untuk pengembangan bandara tersebut hampir semua lini di negara ini punya andil. Mulai dari Pemilik Lahan, Pemerintahan Desa, Bupati, Gubernur, Menteri, hingga Presiden dan banyak pihak lainnya memberikan kontribusi demi terwujudnya Bandara Internasional Silangit yang dapat dinikmati masyarakat saat ini.


Lantas seberapa besar peran dari Dr Drs Nikson Nababan M.Si untuk bandara peninggalan masa penjajahan Jepang tersebut??



Tepat di bulan September 2014, anggaran pengembangan bandara yang awalnya dibangun dengan panjang 900 meter ini dihilangkan bahkan akan dikembalikan kepada Kementrian Perhubungan untuk dijadikan bandara dengan predikat perintis.


Tak terima dengan situasi itu, Nikson kemudian menggaet Sucofindo dan ITB untuk memberikan hasil analisa kelayakan bandara ini, selajutnya Nikson harus menuruti permintaan Garuda Indonesia untuk mempersiapkan landasan agar bisa dimasuki pesawat berbadan lebar.


Menanggapi perihal tersebut, Nikson kemudian mengumpulkan/menyewa 20 alat berat (eskavator) untuk membentuk landasan yang dibiayai dengan menggunakan uang operasionalnya sendiri.


Setelah itu dirinya pun diperhadapkan dengan DPRD Taput untuk memberikan persetujuan subsidi Lock Sheet (membayar jumlah minimum penumpang) yang disyaratkan oleh maskapai Garuda.


Diskusi alot pun berlangsung, yang pada akhirnya DPRD memberikan restu. Adapula proses pembebasan lahan yang mesti dihadapi untuk menjadi milik Pemkab yang disewakan ke Angkasa Pura II.



Seperti yang diharapkan, semangat dan kerja keras akhirnya berbuah manis, saat ini jumlah armada yang melayani penerbangan terus bertambah, selain Garuda Indonesia ada penerbangan domestik dengan City Link, Sriwijaya Air, Wing Air dan Batik Air.


Sedangkan penerbangan internasional dilayani oleh Garuda Indonesia untuk rute Silangit-Singapura. Apa yang telah dilakukan oleh Nikson Nababan merupakan contoh dari pengorbanan dan kerja keras.


Keseriusan di dalam memperjuangkan bandara tersebut, Nikson harus standby di lokasi proyek hingga malam hari untuk memastikan pekerjaan berjalan lancar.


Pembentukan landasan pun dapat tuntas dengan tenggat waktu yang hanya 2 minggu. Tenaga, pikiran dan finansial dikorbankan untuk diberikan pada bangsanya.


Adapun Bandara Silangit diketahui bukan satu-satunya bandara di sekitar Danau Toba, bandara Sibisa (Kab. Tobasa) yang boleh jadi lebih dilirik untuk dibangun, namun kegigihan yang ditunjukkan dan pemahaman akan core econmy dari Pariwisata Danau Toba, Nikson telah mau menjadi motor penggerak pengembangan Bandara Silangit dengan menebas tuntas tantangan-tantangan yang ada.


Lewat Bandara Silangit ini, Masyarakat, Eks Bupati Nikson Nababan, Menteri dan Presiden Joko Widodo telah menyiapkan sesuatu yang menjadi warisan bagi generasi masa yang akan datang.



Slogan "Berkarya Nyata, Bukan Berkarya Kata" menjadi pedoman tersendiri bagi Nikson Nababan. Cerminan terus bekerja dan berfikir keras serta menghindari sikap bersungut-sungut menjadi acuan bagi masyarakat yang mendukung kinerjanya. Sebab bersungut-sungut tidak merubah apa-apa, melainkan harus melalui kerja keras.


Untuk diketahui bahwa pembangunan Bandara Silangit tidak semulus dan semudah seperti membeli tiket pesawat Silangit-Jakarta saat ini.


Terdapat kerja keras, perasaan keringat, kesabaran dan emosional yang sangat terkontrol, juga kerendahan hati dan pastinya selalu didorong atas nama holong untuk rakyat Tapanuli raya.


Mengingat kepentingan para orang-orang yang menginginkan bergesernya atau pembagian fungsi bandara Silangit Internasional Airport ke daerah Toba yaitu Sibisa. Luhut Binsar Panjaitan ada dibalik keinginan itu. Seperti nyaris ngotot untuk memindahkan fungsi sebagian besar Bandara Silangit ke Sibisa. Yang diinginkan Luhut, Bandara Sibisa menjadi Bandara Internasional dan Silangit melayani lokal tertentu saja.


Dialog dan diskusi pun dikala itu bersitegang dan alot dipihak Bupati Nikson dan Luhut, itu terjadi untuk kepentingan kedua belah pihak.


Di pihak Luhut, Sibisa untuk Toba dan wisata dari luar negeri dan itu ada dilahan yang Luhut miliki. Sementara di pihak Eks Bupati Nikson itu untuk kepentingan rakyat Tapanuli Raya dan untuk kesejahteraan rakyat Tapanuli Raya.


Adapun perjuangan tersebut dapat dinikmati hingga sampai saat ini oleh karena keikutsertaan sosok Eks Bupati Nikson Nababan di dalam membangun Tapanuli Raya, "Jas Merah" yang bersinonim "Jangan Sesekali Melupakan Sejarah" menjadi ingatan penting bagi masyarakat Tapanuli Utara yang merasa puas terhadap kinerja nyata Nikson Nababan. Dimomentum pilkada, Satika-Sarlandy sebagai cerminan kepemimpinan Nikson Nababan. Slogan "Hu Ha Holongi Do Ho" menjadi acuan untuk Taput yang berkelanjutan dan tentunya menjadi lebih hebat kedepannya.



Penulis: (Rio-PR)
Sumber Data: (Majalah Halo Indonesia Edisi Nov 2017)